Jumat, 23 Juni 2017

Mengkampanyekan Minat Baca : Pentingnya Infografis Dalam Penyampaian Informasi #6

Informasi memiliki peranan yang penting dalam memenuhi keingintahuan akan sesuatu pada diri seseorang. Bagaimana informasi bisa diterima dan dipahami oleh manusia? Informasi apa yang dirasakan efektif penyampaiannya? Berikut adalah paparan singkat terkait dengan produksi informasi visual.

Infografik atau Infografis?
Seringkali kita mendengar istilah infografis (infographic). Lalu, apa sih sebenarnya yang dimaksud infografis atau infographic itu? Infografis atau infografik? Mana yang benar?

Penulisan yang benar adalah infografis. Infografis berasal dari kata dalam Bahasa Inggris “infographics” yang merupakan singkatan dari kata informations  dan graphics. Secara etimologi, kata informasi berasal kata “informationem” (latin) dan “informacion” (Perancis) yang berarti konsep, ide, atau garis besar. Informasi merupakan kata benda dari informare yang berarti aktivitas dalam “pengetahuan yang dikomunikasikan”. Graphic berasal dari kata graph yang berarti grafis atau yang berkaitan dengan seni visual, terutama yang melibatkan gambar, ukiran, atau huruf. Kata graphic dalam kata infographic berarti visual, gambar, yang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indoesia berarti grafis (bukan grafik). Sama seperti penulisan disain grafis, bukan disain grafik. Grafis juga bisa diartikan sebagai bentuk komunikasi visual yang dirancang dengan menggunakan kombinasi koordinat titik-titik dan garis sebagai media untuk menyampaikan informasi secara efektif. Umumnya orang menyebut istilah grafis dengan gambar. Grafis atau gambar dapat menjadi fungsional dan sebagai seni artistik dengan menginformasikan, menggambarkan keadaan atau kepentingan tertentu melalui rancangan, proses dan hasil produksi yang dikenal dengan istilah desain grafis.

Jadi, infografis adalah penyajian sebuah informasi atau data yang dibuat dengan konsep visual agar lebih mudah menarik dan mudah dipahami. Proses pembuatan infografis biasa disebut dengan beberapa istilah yang berbeda: visualization (visualisasi), information design (disain informasi), atau information architecture (arsitektur informasi). Secara umum hasil akhir dari Infografis lebih didominasi bentuk visual daripada informasi teks.

Informasi dalam bentuk visual bukanlah hal baru. Sejak zaman purba, manusia pada era ini juga sudah melakukan aktivitas pertukaran informasi dalam bentuk visual. Salah satu buktinya adalah ditemukannya lukisan-lukisan di dinding-dinding gua, yang melukiskan, menggambarkan atau menginformasikan suatu kejadian. Penyampaian informasi dalam bentuk visual ini memiliki banyak keuntungan dibandingkan pesan atau informasi dalam bentuk teks, satu diantaranya adalah manusia dapat dengan cepat menangkap informasi yang disampaikan. Alasannya, informasi yang ditangkap secara visual akan diproses sekaligus oleh otak, berbeda dengan informasi dalam bentuk teks, informasinya akan diproses secara linear dari awal kalimat hingga akhir kalimat. 

Banyak manfaat yang bisa diperoleh dari informasi yang disampaikan setara visual (infografis). Pada masa dimana informasi dirasakan membludak, banjir informasi, audiens (khalayak) memiliki keterbatasan waktu dan energi untuk memahami informasi yang dilihat atau dibacanya. Bayangkan dengan akun media sosial yang Anda miliki. Pikiran kita akan sangat mudah tedistraksi atau teralihkan oleh informasi-informasi yang bahkan kredibilitas sumbernya diragukan/dipertanyakan. Saat ini, consumer attention menjadi hal dan aset yang sangat penting. Kita harus dapat memahami dan berusaha keras agar kita mendapatkan perhatian khalayak agar mereka dapat memahami informasi yang kita sampaikan. Kita harus berusaha keras, agar informasi-informasi yang kita sampaikan bisa menarik perhatian pembaca dan mereka mau membaca sekaligus memahami apa yang kita sampaikan. Salah satu kelemahan dari khalayak sekarang ini adalah rendahnya keinginan untuk membaca. Bagaimana informasi kita bisa dipahami jika membaca saja mereka enggan? Infografis sebagai kekuatan visual, hadir sebagai salah satu solusi untuk mengurangi halangan (barrier) dalam memahami informasi yang kita sampaikan.

Menyampaikan informasi dalam bentuk visual (infografis) adalah percampuran antara kemampuan (skill) disain, analisis informasi (data), dan storytelling. Ketiga kemampuan ini merupakan kunci utama dari infografis secara maksimal.

Jenis-Jenis Infografis
Ada beberapa jenis infografis yang biasa digunakan dalam penyampaian informasi. Jenis infografis tersebut yaitu:
1.         Infografis Statis
Infografis Statis adalah infografis yang disajikan dalam bentuk vsual grafis statis atau tidak bergerak, tanpa konsep suara (audio) atau gambar/ilustrasi bergerak. Contohnya infografis yang banyak terdapat di media cetak, baik itu koran, majalah, tabloid, dan media cetak lainnya. Jenis infografis statis merupakan jenis yang paling sederhana dan paling umum untuk digunakan dalam berbagai kebutuhan. Selain di media cetak, jenis infografis ini bisa diaplikasikan di berbagai event pameran.
Contoh Infografis Statis:





Infografis Statis : Gas Alam Indonesia


Infografis Statis : 12 Bentuk Asli Ketupat Nusantara

Infografis Statis : Ukuran Otak Mahluk Hidup

Infografis Statis : Cerita dari Anak Indonesia


2.         Infografis Animasi
Infografis Animasi (animated infographics) adalah jenis infografis dengan menggunakan media audio visual seperti televisi dan saluran video dalam jaringan seperti kanal Youtube dan Vimeo. Infografis animasi bisa disajikan dalam bentuk 2 dimensi (2D) maupun bentuk 3 dimensi (3D) dengan tampilan lebih kompleks. Konsep infografis animasi merupakan perpaduan antara elemen visual bergerak (motion) dan elemen audio. Perpaduan ini menjadi menarik karena elemen visual yang ditampilkan ditambah latar belakang suara (audio) mampu memperkuat informasi yang disampaikan. Dalam hal pembuatan infografis animasi, dibutuhkan orang-orang yang memiliki kemampuan dalam hal pembuatan animasi, ilustrator, disainer, programmer/developer, seniman musik, dan sejumlah profesi lainnya.

Contoh Infografis Animasi:



Infografis Animasi : Indonesia

Infografis Animasi : Apa itu PPAM?

Infografis Animasi : Transportasi Umum Jakarta dari Masa ke Masa

3.         Infografis Interaktif
Infografis Interaktif adalah jenis infografis yang paling kompleks dibanding dua jenis infografis di atas. Jenis infografis interaktif, target atau sasaran atau khalayaknya dapat melakukan interaksi terhadap sajian informasi yang disajikan, melalui user interface yang telah didisain, sesuai dengan keinginan mengeksplorasi informasi yang ingin didapatkan. Untuk dapat menghadirkan sajian infografis interaktif yang baik, dibutuhkan kerjasama dan koordinasi yang baik antara developer atau programmer, agar animasi ataupun pemrograman interaksi bisa berjalan dengan baik tanpa hambatan berarti. Untuk membuat infografis interaktif, programmer/developer memiliki peran yang sangat penting agar infografis yang sudah didisain dapat berfungsi dengan maksimal tanpa masalah. Media yang biasa dipakai menampilkan jenis infografis ini diantaranya media berbasis internet, seperti website, smartphone.
Contoh-contoh infografis intetraktif:


Infografis hantu nusantara

Infografis Interaktif Rubby Leonard


Sumber: http://ipitzulfan.blogspot.co.id/2016/10/infografis.html

Jumat, 16 Juni 2017

Sudah profesional kah kita sebagai pustakawan IT?

Profesi pustakawan menghadapi tantangan dan permasalahan yang cukup berat dalam perkembangannya dewasa ini. Tuntutan profesionalisme dalam memberikan layanan kepada pemustaka yang dibarengi dengan teknologi informasi. Perkembangan teknologi informasi (TI) membawa dampak bagi dunia perpustakaan. Satu sisi pemanfaatan teknologi informasi membawa kemudahan, tetapi di sisi lain menimbulkan kemalasan dan ketergantungan. Pustakawan sebagai penyedia informasi harus tanggap terhadap perubahan yang terjadi yaitu dengan melakukan reposisi terhadap perannya selama ini. Dalam menjalankan perannya sebagai pustakawan di abad TI, pustakawan harus mampu bertindak dalam penerapan teknologi informasi, yang mampu bereksperimentasi, membuat inovasi-inovasi baru, selalu sharing dan transfer informasi serta dapat memecahkan masalah secara sistematis. 

Sebagai contoh apa yang telah dilakukan oleh pustakawan universitas riau dalam pengembangan sistem perpustakaan menggunakan teknologi terkini (RFID), video sebagai berikut:

Kamis, 15 Juni 2017

Mengkampanyekan Minat Baca : Gerakan Literasi Sekolah: Tutorial Sudut Baca #5



GERAKAN LITERASI SEKOLAH adalah Sebuah Gerakan disekolah yang diinisiasi Kemendikbud yang bertujuan Menumbuhkembangkan budi pekerti peserta didik melalui pembudayaan ekosistem literasi sekolah yang diwujudkan dalam Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat.

Tujuan Khususnya adalah :
a. Menumbuhkembangkan budaya literasi di sekolah.

b. Meningkatkan kapasitas warga dan lingkungan sekolah agar literat.

c. Menjadikan sekolah sebagai taman belajar yang menyenangkan dan ramah anak agar warga sekolah mampu mengelola pengetahuan.

d. Menjaga keberlanjutan pembelajaran dengan menghadirkan beragam buku bacaan dan mewadahi berbagai strategi membaca.

Bagaimana Program di sekolah Anda???

#KIMV #GerakanLiterasiSekolah #Minatbaca #Library-Librarian



Mengkampanyekan Minat Baca : Manfaat Reading Record Book (RRB) #4


Manfaat Reading Record Book (RRB)

Apakah manfaatnya?
Mari kita baca....

Latar Belakang Minat dan kebiasaan membaca perlu dikembangkan secara terprogram dan terencana. Anak memiliki berbagai potensi yang dapat dan perlu dikembangkan, terutama potensi 'ingin tahu´. Anak memang serba ingin tahu, hal ini perlu disalurkan secara positif. Rasa ingin tahu anak dapat dikembangkan melalui buku. Untuk menjadikan anak menyenangi buku perlu dimulai dan dipupuk sejak dini. Kondisi anak didik saat ini umumnya kurang menyenangi buku, minat baca tidak menonojol, dan mereka lebih suka menonton televisi. Data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik pada tahun 2006 yang menunjukkan bahwa masyarakat kita belum menjadikan kegiatan membaca sebagai sumber utama untuk mendapatkan informasi. Orang lebih banyak tertarik dan memilih untuk menonton TV (85%) dan atau mendengarkan radio (40,3%) dibandingkan membaca Koran (23,5%) (diunduh dari www.bps.go.id, diakses tanggal 15 April 2010). Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa minat baca masyarakat Indonesia masih rendah. Hal ini sangat dikahwatirkan jika diderita oleh generasi muda. Membaca adalah kunci mendapatkan ilmu. Jika minat baca rendah akibatnya pengetahuan akan sangat terbatas, penguasaan bahasa akan sangat lambat. Padahal generasi muda adalah generasi yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini. Sementara ini, guru mengalami kesulitan untuk mengukur tingkat minat baca peserta didik karena hal ini bersifat abstrak. Namun ada alat yang bernama Reading Record Book (RRB) yang tidak hanya bisa mengukur minat baca anak, tetapi juga dapat dimanfaatkan untuk memacu minat baca anak.

https://htanzil.files.wordpress.com/2013/01/reading-record-contoh.jpg



#KIMV #ReadingRecordBook #Minatbaca #Library-Librarian

Mengkampanyekan Minat Baca : Upaya Pembudayaan Membaca #3

         Pada kesempatan kali ini, izinkan saya untuk sedikit membahas upaya-upaya dalam pembudayaan minat baca.... hehehe

Upaya Pembudayaan Membaca :

1. Diskusi dan Seminar Sejak saya kuliah D3 jurusan Perpustakaan dan Informasi pada tahun 2006 hingga sekarang ini sudah terjadi hiruk-pikuk penyelenggaraan seminar, diskusi, simposium, lokakarya, dan beberapa istilah lainnya, baik di pusat maupun di daerah-daerah yang membicarakan tentang rendahnya minat baca masyarakat kita.
      
           2. Pembentukan Beberapa Organisasi Salah satu upaya pengentasan rendahnya minat baca masyarakat, beberapa kelompok profesi membentuk organisasi seprofesi dengan salah satu tujuannya adalah untuk meningkatkan minat baca sesuai dengan bidang masing-masing. Misalnya para penerbit buku mendirikan organisasi Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI), para tokoh buku mendirikan Gabungan Toko Buku Seluruh Indonesia (GATSBI), para pustakawan mendirikan Ikatan Pustakawan Indonesia (IPI), kelompok perpustakaan mendirikan Klub Perpustakaan Indonesia (KPI), para pencita buku  mendirikan Perhimpunan Masyarakat Gemar Membaca (PMGM), kelompok peduli minat baca mendirikan Gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB), kelompok-kelompok lainnya mendirikan berbagai organisasi. Lembaga Sosial Masyarakat (LSM), Yayasan-yayasan membaca dan buku serta berbagai organisasi lainnya, telah menebar kegiatan-kegiatan dalam upaya meningkatkan minat baca.

#KIMV #Budaya #Minatbaca #Library-Librarian

Mengkampanyekan Minat Baca : Pentingnya layanan perpustakaan dan koleksi buku #2

Pentingnya layanan perpustakaan dan koleksi buku

Di hampir semua sekolah pada semua jenis dan jenjang pendidikan, kondisi perpustakaannya masih belum memenuhi standar sarana dan prasarana pendidikan. Perpustakaan sekolah belum sepenuhnya berfungsi. Jumlah buku-buku perpustakaan jauh dari mencukupi kebutuhan tuntutan membaca sebagai basis pendidikan, serta peralatan dan tenaga yang tidak sesuai dengan kebutuhan. Padahal perpustakaan sekolah merupakan sumber membaca dan sumber belajar sepanjang hayat yang sangat vital dalam mencerdaskan kehidupan bangsa.

Buku-buku bermutu yang menyangkut isi, bahasa, pengarang, lay-out atau penyajiannya yang sesuai dengan tingkat pendidikan dan kecerdasan seseorang akan dapat “merangsang berahi membaca” orang tersebut. Demikian pula kalau buku-buku dalam semua jenisnya tersebar luas secara merata ke berbagai lapisan masyarakat, mudah didapat dimana-mana, serta harganya dapat dijangkau oleh semua tingkatan sosial ekonomi masyarakat, maka kegiatan membaca akan tumbuh dengan sendirinya. Pada akhirnya akan tercipta sebuah kondisi “masyarakat konsumen membaca” yang akan mengkonsumsi buku-buku setiap hari sebagai kebutuhan pokok dalam hidup keseharian.

Perluasan jangkauan layanan perpustakaan baik melalui perpustakaan menetap atau perpustakaan mobil keliling di pusat-pusat kegiatan masyarakat desa, RW/RT secara merata dan berkesinambungan akan dapat menjadikan masyarakat membaca (reading society). Semakin besar peluang masyarakat untuk membaca melalui fasilitas yang tersebar luas, semakin besar pula stimulasi membaca sesama warga masyarakat.

#KIMV #Minatbaca #Buku #Library-Librarian

Mengkampanyekan Minat Baca : Gerakan Literasi Sekolah "GLS" #1


Gerakan Literasi Sekolah "GLS"

Apa Itu Gerakan Literasi Sekolah?


GLS mungkin bagi sebagian orang yang awam belum mengetahui apa itu GLS. GLS merupakan singkatan dari Gerakan Literasi Sekolah. GLS hadir karena keinginan Pemerintah yang ingin meningkatkan minat baca siswa di seluruh Indonesia.



Berdasarkan Permendikbud RI Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. GLS menjadi kegiatan wajib yang dilakukan oleh peserta didik untuk membaca buku non-pelajaran setiap hari sebelum pembelajaran. Adapun tahapan kegiatan dari GLS terdiri dari kegiatan pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Sementara sasaran dalam gerakan ini sebenarnya tidak hanya siswa, tetapi juga guru, dan tenaga kependidikan di Indonesia. Tujuannya adalah menumbuhkan kebiasaan yang baik dan membentuk generasi berkarakter positif.



Mengapa Pemerintah perlu mengadakan Gerakan Literasi Sekolah? Alasannya adalah karena Kemampuan anak Indonesia usia 15 tahun di bidang matematika, sains, dan membaca dibandingkan dengan anak-anak lain di dunia masih rendah. Pada tahun 2012 Indonesia berada di posisi ke 64 dari 65 negara peserta PISA (Program for International Student Assessment). Pada tahun 2016 Indonesia berada di peringkat 60 satu tingkat di atas Bostwana.

Menurut Ayip Rosidi, 2006: Anak-anak Indonesia membaca 27 halaman buku per tahun atau 1 halaman 15 hari. Bahkan Taufik Ismail, 2006 : Sejak Indonesia merdeka tidak ada 1 pun buku sastra yang wajib dibaca di sekolah. Telah terjadi Tragedi Nol Buku di Indonesia. 

Menurut Ahmad Baedowi meneliti para wisudawan, terungkap bahwa para mahasiswa pada saat menjalani pendidikan di perguruan tinggi rata-rata hanya mampu menamatkan buku satu sampai dua judul saja (Republika, 7 April 2014). Sedangkan Abdul Mu’ti, mengakui sikap malas membaca buku bukan hanya di tingkat kalangan mahasiswa tingkat sarjana (S1), tapi juga pada kelompok mahasiswa pascasarjana (S2). (Media Indonesia, 15 Januari 2011). 

Sedih memang melihat kondisi seperti ini, tetapi tentu kita tidak boleh tinggal diam untuk meningkatkan minat baca siswa dan sudah berjalan di sekolah-sekolah di seluruh Indonesia yang menerapkan Kurikulum 2013. (kenapa kurikulum 2013? karena kurikulum tahun 2015 ternyata masih dalam tahap penyempurnaan dari kurikulum 2013) :D

Adapun tahapan pelaksanaan GLS adalah Pembiasaan, Pengembangan dan Pembelajaran. Pembiasaan dilakukan melalui kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran, meningkatkan kemampuan literasi melalui kegiatan menanggapi buku pengayaan, serta meningkatkan kemampuan literasi di semua mata pelajaran menggunakan buku pengayaan dan strategi membaca di semua mata pelajaran.

Mudah-mudahan dengan Gerakan Literasi Sekolah ini diharapkan minat baca siswa akan tumbuh. Walaupun di beberapa daerah terutama di daerah terpencil sangat sulit untuk membeli buku. Mereka bisa memanfaatkan majalah, koran, buku bekas, dan lain sebagainya yang penting menumbuhkan minat baca.

#KIMV #GerakanLiterasiSekolah #Minatbaca #Library-Librarian


Selasa, 13 Juni 2017

Tips Mengatur Rak Buku dan Meja Baca Dalam Perpustakaan

Perpustakaan dan Penerbitan Politeknik Pelayaran Semarang

Tips Mengatur Rak Buku dan Meja Baca Dalam Perpustakaan
Rak buku dan meja baca termasuk perabot yang sangat penting dalam sebuah perpustakaan. Namun demikian, agar perpustakaan tetap terlihat bersih dan membuat pengunjung nyaman berdiam dalam waktu yang cukup lama di perpustakaan, pengaturan meja dan rak untuk buku sangat diperlukan. Berikut adalah beberapa tips yang dapat digunakan untuk mengatur meja baca dan rak untuk meletakkan buku ditinjau dari beberapa segi.
Luas area perpustakaan
Sebuah perpustakaan yang ada di sekolah maupun lokasi umum tentunya memiliki luas area masing-masing dan pada saat meletakkan rak serta meja kursi, tentunya para perancang interior ruangan harus mampu memilih meja dan rak yang cocok untuk diletakkan sesuai luas area perpustakaan. Pertimbangan terkait luas area juga akan membantu sebuah perpustakaan terlihat nyaman dan luas. Ada beberapa jenis meja atau rak yang biasa digunakan untuk perpustakaan dengan penyesuaian terlebih dahulu terhadap luas area, seperti:
·         Flying table dan flying rack
Flying table adalah jenis meja atau rak yang pastinya disusun untuk ruang perpustakaan yang tidak terlalu besar dimana meja atau rak yang digunakan akan disusun langsung menempel pada dinding. Untuk teknologi terbaru yang ada sekarang ini, adapula meja yang bentuknya bisa dilipat sehingga akan sangat membantu saat ruangan digunakan untuk diskusi. Sedangkan untuk rak yang dibuat menempel, umumnya dibentuk sesuai dengan jumlah buku yang akn diletakkan.
·         Hard table
Model hard table yang dimaksudkan disini adalah jenis meja ataupun rak yang disusun seperti meja atau rak pada umumnya yang diposisikan dengan pola tertentu di perpustakaan agar akses pengunjung untuk lalu lalang tetap nyaman.
Model atau desain meja dan kursi
Dalam pengaturan meja, kursi, ataupun rak buku untuk sebuah perpustakaan, hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah model atau desain meja, rak buku, dan kursi. Hal tersebut diperlukan untuk menciptakan area untuk lalu lalang pengunjung perpustakaan. Sebagai contoh ada sebuah area berukuran 500m2 yang ingin dijadikan perpustakaan, maka desain yang diterapkan di sebagian besar ruang adalah meja atau rak dengan desain persegi. Sedangkan untuk bagian sudut, agar pemanfaatannya maksimal, ada rak dalam bentuk oval yang bisa Anda manfaatkan.

Pencahayaan
Hal lain yang perlu Anda perhatikan dalam pengaturan rak untuk buku dan meja untuk baca adalah pencahayaan dalam ruangan. Meski perpustakaan adalah jenis ruang tertutup, akan lebih baik jika ruangan didesain dengan banyak jendela untuk sanitasi maupun penerangan saat siang hari. Sementara untuk memudahkan pengunjung yang datang ke perpustakaan saat sore atau malam hari, lampu langit-langit setidaknya didesain dengan menggunakan lampu yang memiliki watt tinggi atau neon yang bisa menjangkau banyak area. Namun dengan tinggi lampu yang disesuaikan dengan tinggi rak, meja, ataupun pengunjung yang datang.
Area jalan
Sebuah perpustakaan selalu akan dilengkapi dengan jalan atau lorong yang bertujuan memudahkan pengunjung mengambil buku ataupun membacanya. Oleh karena itu, dalam desain tata ruang tentunya peletakan meja dan rak juga harus memperhatikan luas area jalan yang mungkin sebagai penghubung masing-masing meja dan rak. Dalam pengaturan meja untuk pembuatan jalan, tentunya faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah faktor pengunjung, dimana area jalan hendaknya dibuat dengan standar 2-3 orang pengunjung yang berjalan di area yang sama disaat bersamaan. Dengan memperhatikan hal-hal diatas, pembuatan meja baca dan rak bukuakan memberi dampak positif yang lebih maksimal untuk para pengunjungnya.

SWEET LIBRARY

Dua pendidikan yang mempengaruhi pendidikan manusia: “Seni dan Sains”
Keduanya bertemu dalam buku, buku adalah kapak pemecah es yang bisa mencairkan lautan beku yang membentang di dalam jiwa kita.
Buku sebagai gerbang dunia dan membaca adalah kuncinya.
Hidup kita diubah oleh dua hal: “Lewat orang yang kita cintai dan buku yang kita baca”
Laut tidak lain adalah perpustakaan dari semua air mata dalam sejarah.
Perpustakaan yang baik tidak akan terlalu rapi, juga terlalu berdebu, karena seseorang akan selalu ada di sana, mengambil buku dari rak dan membacanya hingga larut.

MEMBANGUN INSTITUTIONAL REPOSITORY

Perpustakaan pada saat ini tidak lepas dari adanya teknologi dan informasi. Perpustakaan mempunyai peran penting dalam menyediakan informasi, dan teknologi mendukung untuk kedua hal tersebut. Dalam perkembangan saat ini, dikenal adanya layanan informasi yang cepat dan mudah yang sering disebut dengan layanan digital atau digital library. Layanan digital memberikan kemudahan bagi pengguna untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga perpustakaan pada saat ini sangat memperhatikan dalam mengembangkan layanan tersebut terutama perpustakaan perguruan tinggi.

Koleksi Digital menurut Qalyubi (2007: 443), bahwa sumber-sumber koleksi digital mencakup materi yang didigitalisasikan dari bahan-bahan tercetak perpustakaan yang sudah ada sejak dulu. Menurut sifat media sumber informasi dan isinya, Pendit (2007: 70) menjelasakan, bahwa koleksi digital dibedakan menjadi 4 (empat) macam, yaitu:
a.   Bahan dan sumber daya full-text, termasuk e-journal, koleksi digital yang bersifat terbuka (open access), e-book, e-newspapers, dan tesis serta disertasi digital
b.  Sumber daya metadata, termasuk perangkat lunak digital berbentuk katalog, indeks, dan abstrak, atau sumber daya yang menyediakan informasi tentang informasi lainnya
c.      Bahan-bahan multimedia digital
d.      Aneka situs di internet

Untuk memanfaatkan koleksi digital, perpustakaan perlu menyediakan fasilitas untuk mengakses seperti sarana dan prasarananya. Sesuai dengan pernyataan Sutarno (2006: 220), bahwa untuk mengadakan jasa perpustakaan yang menyajikan koleksi digital, maka perpustakaan harus menyiapkan sarana dan prasarananya terlebih dahulu, misalnya tersedianya komputer dengan segala kelengkapan lainnya, seperti instalasi akses internet. Dengan fasilitas yang memadai, pemustaka dapat mengakses koleksi digital dimanapun mereka berada dengan mudah.

Pendit (2008: 137) menjelaskan, bahwa Istilah institutional repository atau simpanan kelembagaan merujuk ke sebuah kegiatan menghimpun dan melestarikan koleksi digital yang merupakan hasil karya intelektual dari sebuah komunitas tertentu.

a. Raym Crow (2002: 17-18) menyebutkan, jenis koleksi yang disediakan pada sebuah Institutional Repository dapat berupa proposal penelitian, hasil penelitian, buku lepas, bahan pengajaran, buku, data, laporan penelitian, prosiding atau hasil seminar, skripsi, tesis, disertasi, dan buku panduan. Adapun karakterisitik koleksi institutional repository disebutkan oleh Pendit (2008: 140), bahwa:
a.  Pengirim materi untuk disimpan bukanlah hanya si pembuat, tetapi juga pemilik karya (misalnya penerbit yang sudah membeli hak cipta dari penulis) dan pihak ketiga (misalnya pustakawan).
b.  Selain karya, disimpan pula metadata dari karya tersebut, dan ini dimungkinkan karena perangkat lunaknya memang sudah dilengkapi dengan borang untuk mengisi metadata secara mudah.
c.  Pada umumnya tersedia mekanisme sederhana untuk meletakkan, mengambil mencari dokumen.
d.  Karena mengendalikan inisiatif dari pihak pengirim, maka sebuah simpanan kelembagaan perlu mendapatkan kepercayaan dan dukungan.
e.  Karakteristik setiap simpanan kelembagaan tentu saja sangat ditentukan oleh lembaga tempatnya berada, selain oleh jenis koleksinya, yang terutama merupakan hasil penelitiannya.

Perpustakaan perguruan tinggi merupakan suatu lembaga yang bertujuan mendukung dan menunjang pelaksanaan program Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Upaya yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut, pada umumnya melalui UPT Pusat Komputer bekerjasama dengan UPT Perpustakaan mengupayakan penyediaan layanan digital berupa Institutional Repository.

Institutional Repository merupakan sebuah layanan yang menyediakan hasil karya ilmiah sivitas akademika sebuah instansi perguruan tinggi dalam bentuk digital, yang dihimpun, dikumpulkan, diolah, disimpan, dan dibuka untuk diakses secara gratis oleh pengguna. Institutional Repository berusaha menyediakan berbagai subjek koleksi agar kebutuhan referensi pengguna terpenuhi.

Kebijakan dalam menyediakan koleksi pada Institutional Repository juga tidak seluruhnya disediakan secara menyeluruh (full-text), beberapa koleksi hanya menyediakan judul, pengarang, abstrak, dan sebagian bab saja.

Ketersediaan koleksi merupakan hasil karya yang dihasilkan sivitas akademika, karya tersebut diperoleh dari penelitian di lingkungan masyarakat yang ada, sehingga ketersediaan koleksi Institutional Repository merupakan layanan yang bertujuan menyediakan hasil karya ilmiah sivitas akademika di dalam sebuah jaringan maya, sehingga pengguna leluasa memanfaatkan layanan tersebut dimanapun mereka berada, tujuan lain dari ketersediaan koleksi Institutional Repository menyediakan koleksi supaya dapat mencegah dan menanggulangi penjiplakan terhadap sebuah karya ilmiah. Kedua tujuan tersebut menjadi faktor utama dalam menyediakan koleksi Institutional Repository, sehingga orientasi terhadap kebutuhan pengguna merupakan hasil dari tersediannya koleksi Institutional Repository.

Institutional Repositoy merupakan layanan yang menyediakan hasil karya sivitas akademika, kerjasama yang dilakukan adalah mengumpulkan, mengolah serta menyediakan hasil karya tersebut agar dapat dimanfaatkan oleh sivitas akademika pada khususnya dan pengguna luar (masyarakat) pada umumnya.

Kerjasama yang dapat dilakukan dalam menyediakan koleksi Institutional Repositoy adalah kerjasama kedalam dan keluar. Adapun kerjasama kedalam dapat dilakukan antara pihak pengelola terhadap sivitas akademika yaitu mahasiswa, dosen maupun karyawan pada instansi perguruan tinggi yang telah menyelesaikan penelitiannya, sehingga sivitas akademika dapat berkarya seluas-luasnya, sedangkan kerjasama keluarnya adalah fungsi kontrol terhadap hasil karya pada instansi perguruan tinggi dengan Institutional Repository lain, sehingga kerjasama tersebut dapat menghasilkan kualitas dan karya yang maksimal.

Sumber:
Crow, Raym. 2002. The case for institutional repositories: a SPARC position paper. Washington: The Scholarly Publishing and Academic Resources Coalition.
Pendit, Putu Laxman. dkk. 2007. Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta: Sagung Seto.
Pendit, Putu Laxman. 2008. Perpustakaan Digital dari A sampai Z. Jakarta: Citra Karyakarsa Mandiri.
Qalyubi, Syihabudin. 2007. Dasar-dasar Ilmu Perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi, Fakultas ADAB, UIN Sunan Kalijaga.

Sutarno, N. S. 2006. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto.

Mengkampanyekan Minat Baca : Pentingnya Infografis Dalam Penyampaian Informasi #6

Informasi memiliki peranan yang penting dalam memenuhi keingintahuan akan sesuatu pada diri seseorang. Bagaimana informasi bisa diterima...